Menyambut Lailatul Qadar ala Warga Desa: Tradisi Selikuran dan Pitulikuran di Pati

Kabupaten Pati terkenal dengan julukan “Bumi Mina Tani”, mengingat sebagian besar warganya bermata pencaharian menjadi petani. Bagi masyarakat agraris seperti Pati, terdapat ciri khas tersendiri saat bulan Ramadhan, yakni dengan turut serta meramaikan suasana sebelum Ramadhan dengan adanya tradisi megengan . Setiap daerah di Pati memiliki caranya masing-masing dalam melaksanakan tradisi megengan , salah satunya terdapat di desa Terteg kecamatan Pucakwangi kabupaten Pati. Selain megengan , di dalam bulan Ramadhan juga terdapat tradisi selikuran dan pitulikuran , yang bertujuan menyambut datangnya lailatul qadar .
Desa Terteg yang merupakan bagian dari kecamatan Pucakwangi kabupaten Pati menyambut bulan Ramadhan dengan tradisi megengan . Tradisi ini selalu dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Terteg, dengan membawa makanan sego kondangan . Makanan ini terdiri dari nasi yang diletakkan dalam wadah cething , yang beralaskan kertas minyak dan ada lauk pauk berbagai macam penyesuaian masakan rumah masing-masing ibu rumah tangga. Makanan ini dibawakan ke mushalla masing-masing RT dan dilakukan doa serta mengirimkan tahlil kepada ahli kubur. Dan sebelum membaca doa serta tahlil, warga mengumpulkan yang berisi nama-nama ahli kubur kepada pemimpin tahlil.
Ada yang istimewa dalam tradisi masyarakat desa Terteg guna menyambut bulan Ramadhan tahun ini, yakni melaksanakan arak-arakan hasil bumi dengan kerucut dengan tinggi sekitar satu meter. Titik awal dari lokasi balai desa memutari desa Terteg ke arah utara melalui jalan samping madrasah Matholi'ul Ulum dan titik terakhir untuk memperebutkan hasil bumi berada di lapangan yang berada di ujung selatan desa Terteg. Tradisi ini dilestarikan kembali oleh masyakarat setelah berpuluh-puluh tahun terlupakan, dipelopori oleh pemuda karang taruna dan berkolaborasi bersama perangkat desa dan masyarakat Terteg. Tradisi memang terus berebut ruang dengan modernisasi. Meski demikian, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat desa Terteg dalam kegiatan membumikan tradisi Ramadhan.
