Tradisi Dandangan: Semarak Bulan Suci di Kota Kudus

08 Agu 2022, 14:58:00 WIB Syiar
Tradisi Dandangan: Semarak Bulan Suci di Kota Kudus

Berbicara tentang bulan Ramadhan dan tradisi, tentu saja Indonesia menjadi juara akan kekayaan tradisi yang dimiliki, tak terkecuali di kota kecil yang dikenal dengan slogan ‘Semarak’-nya, kota Kudus. Kudus merupakan salah satu kabupaten di bagian timur daerah Jawa Tengah. Kabupaten yang konon dulu berada di pulau yang terpisah dari pulau Jawa, yaitu pulau Muria. Namun, karena perubahan alam, menyatulah Kudus yang ada di pulau Muria dengan pulau Jawa.

Seperti yang sejarah ungkapan, pernah singgah dua dari sekian banyak wali Allah yang menyebarkan Islam ke daerah ini, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Tak bisa dipungkiri kedatangan kedua wali ini menambah keberagaman tradisi keagamaan yang diciptakan sebagai perantara menyebarkan ajaran Islam, termasuk tradisi penyambutan bulan suci yang akan kita bahas kali ini. Besar di kota Kudus, membuat saya tak dapat luput dari tradisi yang telah lama dijalani. Ditambah lagi dengan garis leluhur dari orang Kudus asli, memberi kesan tersendiri akan cerita terdahulu yang mereka miliki menyambut hadirnya bulan ini.

Menyambut datangnya bulan Ramadhan, Kudus memiliki tradisinya sendiri. Penduduk setempat menyebutnya tradisi Dandangan. Mungkin jika orang setempat ditanya terkait apa itu dandangan, kebanyakan dari mereka pasti akan menjawab dengan deretan berbagai dagangan di sepanjang jalan yang diadakan sebulan sebelum Ramadhan. Mungkin jawaban lain menyebutnya sebagai festival rakyat atau pasar malam sebelum Ramadhan. Atau barangkali ada yang bingung menjawabnya, karena memang jarang ditelaah dengan seksama tentang apa itu dandangan.

Baca Lainnya :

Penduduk setempat pun mungkin sudah paham apa itu dandangan tanpa dijelaskan panjang lebar. Namun, apakah jawaban-jawaban itu sudah benar? Benar tidaknya pengertian dandangan bisa kita tinggalkan sejenak. Akan tetapi alangkah baiknya, jika kita telaah terlebih dahulu asal mula dari tradisi penyambutan bulan Ramadhan di Kudus ini.

Menurut riwayat yang beredar di masyarakat, sebutan dandangan bermula dari saat-saat berkumpulnya para santri yang berkumpul di halaman masjid sembari menunggu pengumuman dari Sunan Kudus (Syeikh Jakfar Shodiq) terkait penentuan waktu pelaksanaan puasa Ramadhan.

Sedangkan nama dandangan itu sendiri diambil dari suara bedug di Masjid Menara Kudus yang ditabuh untuk menandai awal puasa Ramadhan. Pengumuman ini diikuti dengan pemukulan bedug yang berbunyi ‘dang dang dang’. Suara bedug yang bertalu-talu itulah menjadi tanda khusus permulaan awal Ramadhan sekaligus menjadi sebutan dari tradisi dandangan tersebut. Tradisi ini sudah ada sejak sekitar abad ke-16, yakni sejak masa Sunan Kudus.